Kecil-kecil cabe rawit pengusaha kecil tetap menggigit
Sejalan dengan semboyan "Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh" di bulan Kemerdekaan tahun ini, ketangguhan para pebisnis kuliner jadi kunci melewati hari demi hari yang masih serba tidak pasti, agar usaha bisa terus maju meski kadang harus terseok-seok.
Pemilik usaha Diva Bakso dan Mie Ayam di Jakarta, Dian Ayu, telah merasakan berbagai "bumbu" dinamika bisnis sejak awal munculnya virus corona. Kekhawatiran masyarakat atas virus yang menyebar secara global juga dirasakan oleh karyawan serta keluarganya. Dia pernah bertahan hanya dengan dua karyawan, sebab karyawan lain diminta pulang kampung oleh keluarganya yang dilanda ketakutan.
Dian memutuskan untuk tetap berjualan meski sumber daya manusia berkurang. Hanya saja jam operasional diperpendek agar beban kerjanya sesuai. Kebetulan, pembatasan aktivitas membuat dia hanya bisa melayani pesan antar.
"Sampai akhirnya karyawan di kampung minta balik kerja lagi, saat pembatasan sudah mulai longgar mereka pada balik dan kita kembali lengkap," kata Dian kepada ANTARA.
Baca juga: Afterbreak, kisah sukses startup kuliner lobster lewati pandemi
Baca juga: Mereka yang bangkit dari pandemi COVID-19
Meski profit selama pandemi tidak sebesar dulu, dia bersyukur bisnis yang dirintis sejak tiga tahun lalu masih bisa bertahan dan memberikan penghasilan kepada para karyawan, sekaligus tetap memuaskan pelanggan dan pencinta kuliner.
Media sosial dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempromosikan hidangan-hidangan dalam menu, bahkan dia menciptakan "engagement" dengan konsumen lewat penawaran hadiah "giveaway" untuk konsumen dan pengemudi ojek daring yang mengambil pesanan di sana.
"Saya terbantu sekali dengan media sosial dan platform-platform penjualan secara online. Kita bisa memberi info tentang menu dan promosi di media sosial yang sekarang digandrungi segala usia," lanjut Dian.
Dia berharap pemerintah bisa memberikan dukungan untuk pengusaha kecil. Bukan cuma lewat bantuan dana, tetapi kebijakan yang berpihak kepada pengusaha kecil.
"Yang paling penting saya berharap pemerintah bisa segera menyelesaikan pemberian vaksin yang tuntas dan merata ke seluruh warga Indonesia agar keadaan bisa kembali pulih," tutup Dian.
Suci Nurbillah pun merasakan lika-liku pandemi yang membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, termasuk suaminya sendiri.
Pemilik bisnis Rumah Kue Uchie yang dipasarkan di Instagram memulai usaha sejak 2012, tepat setelah selesai mempelajari Tata Boga di Universitas Negeri Jakarta. Dimulai dari kue ulang tahun dan cupcake, usahanya kian berkembang setelah bekerja sama menjadi penyuplai snack box untuk sebuah bank.
Beberapa tahun berbisnis, dia "menginjak rem" pada 2017 karena ingin fokus mengurus buah hati.
"Terima pesanan cuma sesekali kalau saya sedang mau," kata Suci kepada ANTARA.
Setahun kemudian, dia kembali merintis bisnis dan mencari pelanggan baru yang akan menikmati makanan-makanan buatannya. Akhirnya Suci mendapat pelanggan yang rutin memesan ratusan snack box setiap pekan. Dibantu sang suami yang juga kuliah Tata Boga, Suci juga memasarkan nasi kotak untuk memperkaya pilihan menu.
Promosi selama ini sebagian besar hanya mulut ke mulut. Dia termasuk jarang mengunggah foto makanan buatannya di media sosial.
"Paling zaman itu di Facebook saja, makanya di Instagram saya jarang update," ujarnya.
Munculnya pandemi sangat berdampak terhadap bisnis Suci.
"Titik balik saya itu pas suami mulai kehilangan pekerjaan, tadinya dia bekerja di travel, jadi benar-benar tidak ada pekerjaan," kenang dia.
Tantangannya belum selesai. Para klien menghilang satu demi satu. Otomatis pemasukannya juga menurun. Dia dan suami memutar otak, mencari cara beradaptasi agar bisa bertahan dalam keadaan sulit.
Dia memutuskan untuk membeli mesin giling mie karena berniat untuk menjual camilan cheese stick. Dari situ, Suci mulai menjual makanan-makanan kering, kemudian makanan seperti risol, pastel, dimsum dan cilok yang dikemas beku agar lebih tahan lama dan bisa dinikmati kapan pun oleh pembeli. Makanan yang sekiranya disukai orang-orang dan lebih mudah untuk diantar kepada konsumen di tengah keterbatasan ruang gerak, itulah yang akan dia buat.
"Segala macam camilan yang bisa awet, saya jual. Saya dan suami bolak-balik uji coba resep ini itu," ungkapnya.
Tantangan lain yang dia hadapi mendapatkan bahan baku. Sebelum pandemi, semua bisa didapatkan di pasar. Tidak perlu bolak-balik, dia bisa mencari semua kebutuhan dalam sekali jalan. Gara-gara COVID-19, Suci merasa khawatir bila harus pergi ke pasar. Alhasil, semua bahan dipesan secara daring. Tidak semuanya bisa ditemukan di toko yang sama, jadi ongkos kirimnya pun berlipat-lipat.
"Beli bahan kue, beda toko. Plastik, bahan baku basah, beda-beda toko."
Kreativitas tetap menjadi kunci utama. Suci mencoba untuk peka terhadap trend makanan. Apa pun sajian yang sedang banyak diperbincangkan, dia akan membuatnya. Makanan "kekinian" mulai dari bakso seafood ala Korea Street Food sampai Korean garlic cheese bread yang sempat hits di awal pandemi.
Adaptasi digital menjadi keniscayaan di tengah pandemi. Suci menjadi lebih sering berpromosi lewat fitur Instagram Stories. Tampilan visual masakan kreasinya dibuat lebih memukau untuk pemasaran digital lewat jepretan seorang teman yang berprofesi sebagai fotografer.
Suci dulu jarang menggunakan layanan pesan antar di fitur ojek daring. Sebab, dia punya ojek pribadi langganan yang bertugas untuk mengantar pesanan ke rumah pembeli.
"Tapi si bapak pulang kampung dan sampai sekarang enggak balik-balik, jadinya saya baru mulai tuh pakai jasa ojek online. Sebenarnya saya senang banget bisa bantu mereka sedikit dapat uang, malah sampai ada beberapa yang kirim WA minta orderan," celoteh dia.
Bukan itu saja. Suci aktif untuk turut serta dalam program bantuan dari pemerintah dan pengembangan kewirausahaan.
Suci kini sedang menanti kabar setelah mendaftarkan diri sebagai penerima Bantuan presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM).
Pada Juli-September 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan menyalurkan BPUM sebesar Rp3,6 triliun kepada tiga juta penerima. BPUM adalah usaha pemerintah mendukung usaha kecil dan menengah, khususnya pada usaha mikro. Pada periode Januari-Juni 2021, sebanyak Rp11,76 triliun BPUM sudah disalurkan kepada 9,8 juta penerima. Pelaku usaha mikro yang sesuai kriteria dan belum pernah menerima BPUM sebelumnya akan mendapat bantuan senilai Rp1,2 juta.
"Belum ada pengumuman lanjutan apakah saya dapat atau tidak," dia tertawa.
Dia juga baru bergabung dalam program pengembangan kewirausahaan Jakpreneur. Para pesertanya akan mendapat pembinaan seperti program pelatihan dan keterampilan, pendampingan soal sertifikasi halal, desain kemasan dan hak kekayaan intelektual. Selanjutnya, pemberian kemudahan perizinan gratis, bantuan pemasaran, pembinaan soal laporan keuangan dan pendampingan untuk akses permodalan.
Per 28 Juli 2021, sudah ada 260 ribu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jakarta yang bergabung dalam program tersebut.
Presiden Joko Widodo saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2021, Senin (16/8), kembali menegaskan pentingnya meningkatkan kelas pengusaha UMKM. Pemerintah, ujar Jokowi, terus menyiapkan kemudahan untuk menumbuhkan UMKM agar cepat masuk ke dalam rantai pasok global.
"Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk UMKM, serta meningkatkan pemerataan dan kemandirian ekonomi masyarakat."
Bagaikan cabe rawit yang rasanya pedas, pengusaha mikro membuktikan mereka tidak bisa disepelekan. Kerja keras dan kreativitas para pengusaha kecil untuk berjuang selama pandemi membuktikan ketangguhan mereka.
Baca juga: Kendala UMKM kuliner saat pandemi, bahan baku hingga kenaikan harga
Baca juga: Berdayakan UMKM binaan, KKP gelar lomba cipta kuliner kreatif
Baca juga: Kisah UMKM populerkan se'i lewat digitalisasi
Oleh Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2021
0 Response to "Kecil-kecil cabe rawit pengusaha kecil tetap menggigit"
Post a Comment